Halo, Mimoyoja readers! Ya ampun, ya ampun…lama banget ya saya nggak nulis di sini. Nggak nyangka, terakhir saya nulis itu adalah sebelum pandemi merebak. Bahkan di postingan saya yang terakhir itu, nggak kebayang bakal ada pandemi begini. Apa kabar kalian di rumah? Sehat-sehat kan?
Anw, selama di rumah aja terus terang saya emang jadi semakin jarang dan malas dandan. Bukan karena nggak suka dandan sih, tapi lebih ke malas bersihinnya. Suka aja pakai-pakai liptint dan alis di pagi hari. Tapi bersihinnya itu makin lama berasa berat dan peer banget :’)
Karena malas dandan, saya pun tersadar, koleksi make-up saya kelihatan menumpuk dan makin jelas kelihatan mana yang kepake, mana yang nggak lagi tersentuh sama sekali. Dan saya lihat, ada yang sudah bertahun-tahun nongkrong di kotak make-up. Ewh, bisa jadi isinya sudah kedaluwarsa! Saya dengar-dengar juga cerita dari beberapa orang teman, mereka akhirnya membuang sebagian koleksi lipstik mereka karena ternyata sudah berjamur saking lama tersimpan dan lupa dipakai. Nah loh, saya pun curiga jangan-jangan punya saya ada yang juga bernasib demikian.
Credit:
zhugewala from Pexels
|
Sebelum mengalami hal serupa, beberapa waktu lalu saya akhirnya memutuskan untuk decluttering koleksi lipstik dan bronzer saya. Saya akhirnya menghibahkan beberapa lipstik lama saya ke Ameng (anak saya) untuk dimainkan jadi alat lukis. Sebagian saya langsung buang ke bak sampah. Sedikit sedih, tapi lega. Karena ternyata saya selama ini hanya menimbun mereka, tapi nggak benar-benar memanfaatkannya. Mostly, saya mendapatkan kosmetik gratisan dari PR package atau hadiah giveaway. Banyak yang saya keep tapi sebenarnya saya nggak suka-suka amat sama formula dan warnanya.
Dari tadi dua tumpukan, jadi sisa segini. Masih menuhin 2 pouch kosmetik nih. Gol saya, kalau mereka habis saya mau reduksi koleksi produk make-up jadi 1 pouch kecil aja. Benar-benar super sedikit, tapi berkualitas.
Kalau ditanya, apakah saya sekarang nggak nimbun barang lagi? Hmm, sedang berusaha untuk nggak melakukannya sih, haha. Tapi saya masih susah mengontrol diri untuk nggak mengoleksi wewangian. Iya, selama pandemi koleksi saya makin banyak. Tapi fair enough karena saya benar-benar pakai sehari-hari. Dalam satu hari, saya bisa pakai beragam wangi berbeda. Pagi dan sebelum tidur malam! Ofkors, karena itu bikin saya happy dan selama pandemi penting untuk mencari hal yang membahagiakan diri sendiri.
Sejujurnya, saya juga jadi lebih suka pakai wewangian karena pakainya less effort dibanding make-up. Jadi jangan heran yaa kalau ke depannya, Mimoyoja bakal lebih penuh sama review parfum lokal dan internasional :p
Membuang sebagian make-up dan berhenti membeli-beli kosmetik adalah salah satu ‘gebrakan’ kecil saya yang saya pikir hanya dapat terjadi gara-gara pandemi ini. Dulu saya gampang tergoda banget sama liptint dan lipstik, padahal saya tuh sebenarnya jarang juga gonta-ganti warna. Biasanya ya itu-itu doang pakenya dan baru benar-benar sadar selama pandemi ini, di mana saya makin malas dandan haha. Tobat, tobaat, nggak usah lagi ya beli-beli kosmetik (ngomong ke diri sendiri :p).
Saya mau lebih fokus ke quality over quantity. Kalau bisa, dan saya sudah menghabiskan semua ‘sisa’ make-up saya, saya nanti ingin punya 2-3 lipstik saja, 1 palet eyeshadow dan masing-masing 1 jenis kosmetik saja, tapi yang berkualitas gitu bukan yang asal punya kayak sekarang; banyak tapi nggak kepake sungguh-sungguh.
Dan kalau nggak gara-gara pandemi ini, mungkin saya akan terus kelewat cuek sama tumpukan berdebu kosmetik yang nggak terpakai sia-sia. Fiuh, memang benar kata Marie Kondo, apa yang sudah nggak ‘sparks joy‘ memang sebaiknya disingkirkan saja agar nggak membuang-buang ruang. Nggak cuma lipstik, mungkin ini juga berlaku untuk pergaulan. Kalau ada ‘teman-teman’ sudah nggak sparks joy, mungkin sudah tiba saatnya memilah dan fokus sama yang benar-benar penting dan positif saja.
Kalau kamu, gebrakan kecil apa yang sudah kamu lakukan ‘gara-gara’ pandemi ini? 😀