Jadi Sosok yang Bukan ‘Rasa Favorit’ Semua Orang itu Nggak Apa-apa


Ada quote viral yang baru-baru cukup menarik buat saya. 

Bunyinya kira-kira begini nih. 

“Jangan sedih kalau kamu merasa ditolak seseorang. Seenak apapun kamu jadi es rasa cokelat, mungkin seleranya adalah es rasa stroberi.”  

(Atau dia sukanya matcha kayak saya~)

Nggak persis sih, saya tuh lupa tapi kurang lebih ya begitu intinya. Intinya ya, terkadang bukan kamunya yang kurang ini, kurang itu, tapi bisa jadi kamu bukan sosok yang diinginkan orang tertentu, bukan sosok yang dicari, singkatnya ya bukan selera atau kriteria yang dibutuhkan. 

Hal ini bikin saya jadi mikir. 

Sering nggak sih kita tuh merasa nggak fit in sama kelompok tertentu? Sama orang-orang tertentu? Suka diam-diam heran gitu, sama orang-orang yang bisa-bisanya terlihat jadi favorit semua orang, dipuja puji, social life-nya kelihatan wow, mulus. Padahal ya belum tentu. Semua orang ya pasti membawa rasa yang beda-beda, jadi pasti sosok wow ini juga ada juga yang diam-diam nggak suka, cuma kitanya nggak tahu. 

Ini di luar konteks seseorang berbuat jahat ya. Ya kadang seseorang nggak jahat aja, pasti ada yang nggak senang. Menolak. Ya bukan karena dia jelek atau kurang. Mungkin aja dia bukan ‘es stroberinya’ orang-orang yang nggak suka ini. Ini bisa berlaku dalam hal hubungan percintaan atau saat kamu sedang berjuang apply kerjaan. 

Yang mau aku bilang, selama kamu nggak jahat, curang atau merendahkan orang lain, jangan merasa berkecil hati kalau kamu kelihatannya nggak populer, nggak dielu-elukan banyak orang, atau nggak berada di circle yang besar atau perjuangan hunting pekerjaan/kesempatan belum ketemu titik terang. Pokoknya bukan jadi orang nomor 1 yang selalu dicari atau dijadikan referensi. Fokus saja mencari yang sefrekuensi, yang bisa saling memberikan manfaat tanpa membuatmu merasa dikecilkan.  

Saya dulu sering merasa jadi outsider. Di banyak kelompok, saya sering merasa awkward. Dalam hubungan romantis, dengan orang-orang yang saya taksir, saya merasa tertolak. Lalu saya mulai membanding-bandingkan diri ini dengan mereka yang terlihat bisa bergaul dengan effortless. Kurang cantik, kurang kaya, kurang humoris, kurang supel dan kurang-kurang lainnya. Duh, bikin overthinking jadinya. 

Padahal saya punya sahabat atau orang yang peduli sama saya. Ya meski bisa dihitung jari, kurang dari 5 jari bahkan, tapi ini orang-orang real. Beneran dan merasa mendukung saya meski saya merasa begini-begini saja. Saya sekarang ingin fokus sama orang yang sayang sama saya saja. Kenapa harus repot mikirin yang nggak peduli?

Well, mungkin saya bukan rasa favorit semua orang, tapi seiring perjalanan menuju usia 32 tahun, saya sedikit-sedikit mulai sadar. Nggak apa-apa hidup dengan circle yang kecil. Nggak apa jadi orang yang nggak selalu fit in di mana-mana yang penting orang yang di lingkaran saya itu beneran real orangnya. 

Harus adil, kamu saja punya ‘rasa favorit’ kan saat memilih orang untuk kamu dekati? 

Kamu saja pilih-pilih lo, bukan karena si A atau B jahat, hanya saja belum satu gelombang frekuensinya. 



Source link